Sudah menjadi tradisi para pedagang Arab Islam mengarungi lautan antara Arab hingga Cina, melewati pantai-pantai India, dan singgah di Gujarat. Di sini para pedagang tersebut melakukan perdagangan yang di kenal sebagi jalan sutra. Dari sinilah maka dapat di jelaskan awal dari masuknya bangsa Islam tersebut, dan akhirnya dapat mendiami sebagian wilayah India seperti Lembah sungai Indus, Pujab dll. Dari sanalah kemudian mereka dapat mengkontrol daerah-daerah India lainya. Masa kesultanan Delhi di mulai pada tahun 1206, di mana pada waktu itu wilayah Punjab sebagai kawasan Delhi di India. Era tersebut juga di sebut sebagai amasa Turko-Afgan atau masa Indo-Patan. Di sebut Turko-Afgan hal itu di karenakan pemerintahan Islam di India di pimpin langsung oleh orang-orang Turki maupun keturunan Afganistan. Untuk keturunan Turki, mereka memerintah Wangsa-wangsa budak, Khalii, Tugluk sedangkan dari keturunan Afganistan sendiri memerintah Wangsa-wangsa Syaid dari Lodi. Mereka di sebut pula dengan nama Indo-Patan, karena mereka berasal dari wilayah India barat.
Kelahiran kesultanan Delhi di mulai bermula dari pecahnya kerajaan Islam dari Wangsa Guri sepeninggal sultan Muhammad Guri pada tahun 1206 menjadi dua kesultanan yang lebih kecil. Sebagai salah seorang bekas jenderal Muhammad Guri, Tajudin Ildis ber Tajudin Jildis ingin mengontrol wilayah kekuasaanya dari Kabul, sementara Qutbudin sendiri merasa berhak pula atas bekas wilayah kekuasaan Muhammad Guri dan menjalankan kekuasaanya dari delhi. Kedua penguasa itupun tidak sepaham dalam memandang wilayah Punjab, Tajudin menganggap bahwa secar historis daerah Punajb sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuasaan Afganistan di bawah Muhammad Guri, tetapi Qutbudin beranggapan bahwa secar geografis wilayah Punjab berada satu kawasan dengan wilayah kekuasaanya, yaitu Delhi. Sebagai konsekuensinya maka Kabul pun di serang untuk memaksakan pendapatnya.
Menghadapi serangan tersebut, maka Tajudin Jildis menyingkir dari Kabul. Namun rakyat Kabul sendiri tidak mau begitu saj menyerah dan tunduk kepada Qutbudin. Terutama karena tingkah laku tentara Qutbudin yang sering merampas harta rakyat Kabul. Karena tidak mendapat sambutan yang hangat dari rakyat Kabul, maka Qutbudin akhirnya kembali ke Delhi. Demikian juga dengan Tajudin yang kembali ke Kabul secara damai untuk mengendalikan pemerintahanya kembali dan terpisah dari kekuasaan Delhi.sementara ituwilayah Punjab tetap menjadi kawasan kesultanan Delhi di India. Sejak itu mulailah masa kesultanan Delhi yang berlangsung selama 320 tahun, dari 1206 hingga 1526 (Su`ud, 2006:159).
Keadaan politik Delhi yang selalu berubah dari waktu ke waktu khususnya dalam hal Wangsa yang berkuasa menjadikan Delhi bisa di bagi menjadi 3 kekuasaan , antara lain dapat saya jelaskan di bawah ini:
1. Kekuasaan Wangsa Budak (1206-1320 M)
Yang di maksud sebagai lambang dari kekuasaan baru adalah awal dari masuknya pengaruh ke Kerajaan Delhi, yaitu di kawasan Punjab sebagai kawasan kesultanan Delhi. Salah satu arsitektur yang sangat mengesankan di kawasan Asia selatan, yang merupakan bukti kejayaan zaman Islam, adalah menara belimbing yang lebih di kenal dengan nama Quth Minar atau menara qutb, yang didirikan di Delhi, India sebelah utara.
Ada tiga versi dalam latar belakang penamaan menara Qutb tersebut, meskipun selalu di kaitkan dengan nama Qutbudin. Qutbudin sendiri merupakan pendiri dari dinasti para Budak yang sekaligus sebagai sultan pertama dari dinasti Budak, dia memimpin Wangsa Budak setelah membunuh Muhammad Guri di Lahore. lebih-lebih lagi namanya juga di ukir dalam menara tersebut karena andilnya yang besar dalam berdirinya dinasti Budak. Ternyata kemudian menara yang monumental tersebut di dirikan oleh pengganti qutbudin, yaitu sultan Altamis. Menara itu di dirikan untuk menghormati pelindung sultan, yaitu Sultan Qutbudin sendiri. Bangunan itu di buat oleh arsitek bangsa Irak bernama Kwaja Qutbudin. Yang jelas bangunan monumental itu tidak dapat di pisahkan oleh kejayaan wangsa Budak pada waktu itudan yang mengawali kekuasaan Islam di Asia selatan.
a. Qutbudin Aibak : pendiri Wangsa Budak (1206-1210)
Adanya dua penguasa yang pada saat itu menduduki India yaitu Turki dan afganistan, di mana Qutbudin Aibak sebagai Sultan dari Wnagsa budak dsan Tajudin Jildis mantan jenderal Muhammad Guri berebut kekuasaan. Tajudin Jildis ingin mengontrol wilayah kekuasaanya dari Kabul, sementara Qutbudin sendiri merasa berhak pula atas bekas wilayah kekuasaan Muhammad Guri dan menjalankan kekuasaanya dari delhi. Kedua penguasa itupun tidak sepaham dalam memandang wilayah Punjab, Tajudin menganggap bahwa secar historis daerah Punajb sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuasaan Afganistan di bawah Muhammad Guri, tetapi Qutbudin beranggapan bahwa secar geografis wilayah Punjab berada satu kawasan dengan wilayah kekuasaanya, yaitu Delhi. Sebagai konsekuensinya maka Kabul pun di serang untuk memaksakan pendapatnya.
Menghadapi serangan tersebut, maka Tajudin Jildis menyingkir dari Kabul. Namun rakyat Kabul sendiri tidak mau begitu saj menyerah dan tunduk kepada Qutbudin. Terutama karena tingkah laku tentara Qutbudin yang sering merampas harta rakyat Kabul. Karena tidak mendapat sambutan yang hangat dari rakyat Kabul, maka Qutbudin akhirnya kembali ke Delhi. Demikian juga dengan Tajudin yang kembali ke Kabul secara damai untuk mengendalikan pemerintahanya kembali dan terpisah dari kekuasaan Delhi.sementara itu wilayah Punjab tetap menjadi kawasan kesultanan Delhi di India.
Dalam masa pemerintahan Qutbudin di Delhi, yang berlangsung selama empat tahun (1206-1210), telah di musnahkan 25 candi Hindu, yang pada gantinya telah di bangun sebuah masjid yang indah di kota Delhi dengan nama Kwatul Islam.pada tahun 1210 Qutbudin mengalami kecelakaan ketika menunggang kuda ponny kesayanganya dalam suatu permainan Chaugan atau polo. Beliau jatuh dari kuda kesayanganya itu yang membawanya ke ajal dan kemudian beliau di makamkan di Lahore. Sebelum wafat sultan telah menunjuk Aram syah sebagai pengganti, yang tidak mempunyai hubungan darah yang jelas dengan Qutbudin. Namun para bangsawan Delhi tidak mendukung rencana pengangkatan tersebut, hal itu di karenakan karena mereka tidak menyetujui sikap Turki dalam pengangkatan sultan, yang berdasarkan pada azas keturunan melainkan dengan pertimbangan kecakapan dan keahlian.sebagai reaksi atas pengangkatan tersebut, maka para bangsawan delhi mengangkat seorang Gubernur daerah Badaun bernama Altamis, yang di kenal juga dengan nama Syamsudin IItutmis, yang mana dia adalah bekas seorang Budak Turki, menjadi sultan di Delhi.
b. Altamis melakukan Konsolidasi (1211-1236)
Cara yang di lakukan Altamis dalam menjalankan kekuasaan yang utuh dan atas nama dirinya seorang yaitu dengan cara mengalahkan pesaingnya yaitu Tajudin Jildis dan Nasiruddin Qubakha. Rencana itu pun berhasil, Tajudin dengan mudah dapat di kalahkan dan di usir ke Badaun sementara Nasiruddin dapat di usir dari Lahore. Tindakan berikutnya adalah dengan melakukan hubungan dengan penguasa di Baghdad., Khalifah Al Mustansir Billah, yang bersedia memberikan sokongan moril meskipun tidak mempunyai makna politis besar.
Dalam masa pemerintahanya dating serangan dari bangsa Monggol di bawah pimpinan Jenghis Kahn. Meskipun serangan itu hanya sampai di tepi sungai Indus, namun membuat Altamis selalu was-was bakal datangnya serangan Monggol berikutnya. Cara-cara yang di lakukan Altamis untuk mengkonsolidasikan daerah kekuasaanya juga berhasil menekan gerakan oposisi di Benggala yang telah melakukan pemberontakan selama nasa antara 1225 hingga 1229. Tindakan militer Rajiput di kurangi, setelah berhasil merebut kembali Gwalior pada 1231 dan Ujjain pada 1235. Sampai saat kematianya pada beberapa tahun kemudian, kekuasaan Delhi merupakan negeri paling berkuasa di India Utara. Kejayaan Kesultanan Delhi tersebut dapat di pertahankan hingga penguasa terakhir Wangsa Budak, Sultan Balban (1266-1297).
4. Sultana Razisa, sang ratu (1236-1240)
Sepeninggal altamis, kesultanan di pimpin oleh Sultana Razisa, seorang Ratu. Ratu Sultana sendiri adalah putri dari Altamis yang telah mempunyai pengalaman selama enam tahun mengelola pemerintahan selama pemerintahan Altamis. Ratu Sultana mempunyai kepribadian yang cerdas, menarik dan berpenampilan meyakinkan. Dalam bahasa India dia tercatat sebagai satu-satunya penguasa Islam dari golongan wanita, pada mulanya para bagnsawan Turki dan tentaranya tidak setuju oleh pengangkatan tersebut karena mereka tidak suka di perintah oleh wanita, sehingga akibatnya adalah sering terjadi di antara keluarga istana akhirnya mereka mengangkat Rakmuddin Ferruz sebagai sultan. Dia merupakan anak sulung Altamis yang menjadi Gubernur Badaun. Ternyata Ferruz sendiri ternya gagal memenuhi harapan dari bangsawan dan kepemimpinan kembali di berikan oleh sang ratu, yang terutama di lakukan oleh bangsawan Delhi.
Namun nasib malang menimpanya, dia di fitnah dengan tujuan telah mengadakan hubungan gelap dengan seorang budak belian bernama Ikhtiyaruddin Altuniya dari daerah Sarhind segera mempunyai alasan untuk memulai menyingkirkan Ratu Raziya. Dalam menghadapi para pemberontak itu, Sulatana Raziya akhirnya menemui ajal, setelah memerintah selama masa yang pendek, yaitu hanya tiga setengah tahun. Kematian Sultana terjadi di saat pelarian ke hutan ubtuk menghindari kejaran pasukan-pasukan pemberontak pada tahun 1240. Sebelum nantinya Balban menerima tumpuk kekuasaan delhi, sudah ada dua nama yang menggantikan Sultana yaitu Mu`izuddin Bahram dan Nasiruddin Mahmud.
5. Syamsudin Balban, Sultan Terakhir Wangsa Budak (1246-1297)
Sebelum menduduki jabatan sultan, Balban telah sejak 1246 pelaksana kekuasaan raja boneka Bahram, yang menjadi Sultan hingga tahun 1266. Ternyata gubernur keturunan Turki tidak menyenangi pemerintahanya, sehingga dia mempunyai tugas berat dalam mengkonsolidasikan pemerintahanya. Dalam melakukan upaya tersebut, Balban melakukan kombinasi teknik diplomasi dengan perketatan dalam menjalankan pemerintahan, sampai dia berhasil menekan para Gubernurnya maupun keturunan para bangsawan dari Monggol.
Balban yang merupakan bekas dari budak pada waktu Altamis berkuasa, merasa was-was akan teman budaknya untuk merebut kekuasaan dari dirinya, dengan melaksanakan cara-cara poilsi rahasia, yang di beri kekuasaan untuk mengawasi gerak-gerik para pembantunya dalam usahanya untuk menerapkan ajaran kenegaraan klasik dari Kaultilyarthasastra karya pujangga Canakya dari Indi di masa kejayaan Budha. Tampaknya keberadaan kesultanan Delhi amat tergantung dengan kepemimpinan kuat seperti Balban, buktinya setelah Balban tewas pada 1297, kesultanan Delhi menunujukkan kemunduran , lebih-lebih karena adanya intrig istana yang tidak kunjung reda, Sultan Kaiqubad sebagai penggantinya gagal menjalankan pemerinyahan dan akhirnya hanya bertahan tidak lebih tiga tahun saja.
0 comments :
Post a Comment