728x90 AdSpace

Terbaru
Saturday, 15 March 2014

Kesultanan Delhi (1206-1526)

 

Sudah menjadi tradisi para pedagang Arab Islam mengarungi lautan antara Arab hingga Cina, melewati pantai-pantai India, dan singgah di Gujarat. Di sini para pedagang tersebut melakukan perdagangan yang di kenal sebagi jalan sutra. Dari sinilah maka dapat di jelaskan awal dari masuknya bangsa Islam tersebut, dan akhirnya dapat mendiami sebagian wilayah India seperti Lembah sungai Indus, Pujab dll. Dari sanalah kemudian mereka dapat mengkontrol daerah-daerah India lainya. Masa kesultanan Delhi di mulai pada tahun 1206, di mana pada waktu itu wilayah Punjab sebagai kawasan  Delhi di India. Era tersebut juga di sebut sebagai amasa Turko-Afgan atau masa Indo-Patan. Di sebut Turko-Afgan hal itu di karenakan pemerintahan Islam di India di pimpin langsung oleh orang-orang Turki maupun keturunan Afganistan. Untuk keturunan Turki, mereka memerintah Wangsa-wangsa budak, Khalii, Tugluk sedangkan dari keturunan Afganistan sendiri memerintah Wangsa-wangsa Syaid dari Lodi. Mereka di sebut pula dengan nama Indo-Patan, karena mereka berasal dari wilayah India barat.

Kelahiran kesultanan Delhi di mulai bermula dari pecahnya kerajaan Islam dari Wangsa Guri sepeninggal sultan Muhammad Guri pada tahun 1206 menjadi dua kesultanan yang lebih kecil. Sebagai salah seorang bekas jenderal Muhammad Guri, Tajudin Ildis ber Tajudin Jildis ingin mengontrol wilayah kekuasaanya dari Kabul, sementara Qutbudin sendiri merasa berhak pula atas bekas wilayah kekuasaan Muhammad Guri dan menjalankan kekuasaanya dari delhi. Kedua penguasa itupun tidak sepaham dalam memandang wilayah Punjab, Tajudin menganggap bahwa secar historis daerah Punajb sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuasaan Afganistan di bawah Muhammad Guri, tetapi Qutbudin beranggapan bahwa secar geografis wilayah Punjab berada satu kawasan dengan wilayah kekuasaanya, yaitu Delhi. Sebagai konsekuensinya maka Kabul pun di serang untuk memaksakan pendapatnya.

Menghadapi serangan tersebut, maka Tajudin Jildis menyingkir dari Kabul. Namun rakyat Kabul sendiri tidak mau begitu saj menyerah dan tunduk kepada Qutbudin. Terutama karena tingkah laku tentara Qutbudin yang sering merampas harta rakyat Kabul. Karena tidak mendapat sambutan yang hangat dari rakyat Kabul, maka Qutbudin akhirnya kembali ke Delhi. Demikian juga dengan Tajudin yang kembali ke Kabul secara damai untuk mengendalikan pemerintahanya kembali dan terpisah dari kekuasaan Delhi.sementara ituwilayah Punjab tetap menjadi kawasan kesultanan Delhi di India. Sejak itu mulailah masa kesultanan Delhi yang berlangsung selama 320 tahun, dari 1206 hingga 1526 (Su`ud, 2006:159).

Keadaan politik Delhi yang selalu berubah dari waktu ke waktu khususnya dalam hal Wangsa yang berkuasa menjadikan Delhi bisa di bagi menjadi 3 kekuasaan , antara lain dapat saya jelaskan di bawah ini:

1. Kekuasaan Wangsa Budak (1206-1320 M)

Yang di maksud sebagai lambang dari kekuasaan baru adalah awal dari masuknya pengaruh ke Kerajaan Delhi, yaitu di kawasan Punjab sebagai kawasan kesultanan Delhi. Salah satu arsitektur yang sangat mengesankan di kawasan Asia selatan, yang merupakan bukti kejayaan zaman Islam, adalah menara belimbing yang lebih di kenal dengan nama Quth Minar atau menara qutb, yang didirikan di Delhi, India sebelah utara.

Ada tiga versi dalam latar belakang penamaan menara Qutb tersebut, meskipun selalu di kaitkan dengan nama Qutbudin. Qutbudin sendiri merupakan pendiri dari dinasti para Budak yang sekaligus sebagai sultan pertama dari dinasti Budak, dia memimpin Wangsa Budak setelah membunuh Muhammad Guri di Lahore. lebih-lebih lagi namanya juga di ukir dalam menara tersebut karena andilnya yang besar dalam berdirinya dinasti Budak. Ternyata kemudian menara yang monumental tersebut di dirikan oleh pengganti qutbudin, yaitu sultan Altamis. Menara itu di dirikan untuk menghormati pelindung sultan, yaitu Sultan Qutbudin sendiri. Bangunan itu di buat oleh arsitek bangsa Irak bernama Kwaja Qutbudin. Yang jelas bangunan monumental itu tidak dapat di pisahkan oleh kejayaan wangsa Budak pada waktu itudan yang mengawali kekuasaan Islam di Asia selatan.

a. Qutbudin Aibak : pendiri Wangsa Budak (1206-1210)

Adanya dua penguasa yang pada saat itu menduduki India  yaitu Turki dan afganistan, di mana Qutbudin Aibak sebagai Sultan dari Wnagsa budak dsan Tajudin Jildis mantan jenderal Muhammad Guri berebut kekuasaan. Tajudin Jildis ingin mengontrol wilayah kekuasaanya dari Kabul, sementara Qutbudin sendiri merasa berhak pula atas bekas wilayah kekuasaan Muhammad Guri dan menjalankan kekuasaanya dari delhi. Kedua penguasa itupun tidak sepaham dalam memandang wilayah Punjab, Tajudin menganggap bahwa secar historis daerah Punajb sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuasaan Afganistan di bawah Muhammad Guri, tetapi Qutbudin beranggapan bahwa secar geografis wilayah Punjab berada satu kawasan dengan wilayah kekuasaanya, yaitu Delhi. Sebagai konsekuensinya maka Kabul pun di serang untuk memaksakan pendapatnya.

Menghadapi serangan tersebut, maka Tajudin Jildis menyingkir dari Kabul. Namun rakyat Kabul sendiri tidak mau begitu saj menyerah dan tunduk kepada Qutbudin. Terutama karena tingkah laku tentara Qutbudin yang sering merampas harta rakyat Kabul. Karena tidak mendapat sambutan yang hangat dari rakyat Kabul, maka Qutbudin akhirnya kembali ke Delhi. Demikian juga dengan Tajudin yang kembali ke Kabul secara damai untuk mengendalikan pemerintahanya kembali dan terpisah dari kekuasaan Delhi.sementara itu wilayah Punjab tetap menjadi kawasan kesultanan Delhi di India.

Dalam masa pemerintahan Qutbudin di Delhi, yang berlangsung selama empat tahun (1206-1210), telah di musnahkan 25 candi Hindu, yang pada gantinya telah di bangun sebuah masjid yang indah di kota Delhi dengan nama Kwatul Islam.pada tahun 1210 Qutbudin mengalami kecelakaan ketika menunggang kuda ponny kesayanganya dalam suatu permainan Chaugan atau polo. Beliau jatuh dari kuda kesayanganya itu yang membawanya ke ajal dan kemudian beliau di makamkan di Lahore. Sebelum wafat sultan telah menunjuk Aram syah sebagai pengganti, yang tidak mempunyai hubungan darah yang jelas dengan Qutbudin. Namun para bangsawan Delhi tidak mendukung rencana pengangkatan tersebut, hal itu di karenakan karena mereka tidak menyetujui sikap Turki dalam pengangkatan sultan, yang berdasarkan pada azas keturunan melainkan dengan pertimbangan kecakapan dan keahlian.sebagai reaksi atas pengangkatan tersebut, maka para bangsawan delhi mengangkat seorang Gubernur daerah Badaun bernama Altamis, yang di kenal juga dengan nama Syamsudin IItutmis, yang mana dia adalah bekas seorang Budak Turki, menjadi sultan di Delhi.

b. Altamis melakukan Konsolidasi (1211-1236)

Cara yang di lakukan Altamis dalam menjalankan kekuasaan yang utuh dan atas nama dirinya seorang yaitu dengan cara mengalahkan pesaingnya yaitu Tajudin Jildis dan Nasiruddin Qubakha. Rencana itu pun berhasil, Tajudin dengan mudah dapat di kalahkan dan di usir ke Badaun sementara Nasiruddin dapat di usir dari Lahore. Tindakan berikutnya adalah dengan melakukan hubungan dengan penguasa di Baghdad., Khalifah Al Mustansir Billah, yang bersedia memberikan sokongan moril meskipun tidak mempunyai makna politis besar.

Dalam masa pemerintahanya dating serangan dari bangsa Monggol di bawah pimpinan Jenghis Kahn. Meskipun serangan itu hanya sampai di tepi sungai Indus, namun membuat Altamis selalu was-was bakal datangnya serangan Monggol berikutnya. Cara-cara yang di lakukan Altamis untuk mengkonsolidasikan daerah kekuasaanya juga berhasil menekan gerakan oposisi di Benggala yang telah melakukan pemberontakan selama nasa antara 1225 hingga 1229. Tindakan militer Rajiput di kurangi, setelah berhasil merebut kembali Gwalior pada 1231 dan Ujjain pada 1235. Sampai saat kematianya pada beberapa tahun kemudian, kekuasaan Delhi merupakan negeri paling berkuasa di India Utara. Kejayaan Kesultanan Delhi tersebut dapat di pertahankan hingga penguasa terakhir Wangsa Budak, Sultan Balban (1266-1297).

4. Sultana Razisa, sang ratu (1236-1240)

Sepeninggal altamis, kesultanan di pimpin oleh Sultana Razisa, seorang Ratu. Ratu Sultana sendiri adalah putri dari Altamis yang telah mempunyai pengalaman selama enam tahun mengelola pemerintahan selama pemerintahan Altamis. Ratu Sultana mempunyai kepribadian yang cerdas, menarik dan berpenampilan meyakinkan. Dalam bahasa India dia tercatat sebagai satu-satunya penguasa Islam dari golongan wanita, pada mulanya para bagnsawan Turki dan tentaranya tidak setuju oleh pengangkatan tersebut karena mereka tidak suka di perintah oleh wanita, sehingga akibatnya adalah sering terjadi di antara keluarga istana akhirnya mereka mengangkat Rakmuddin Ferruz sebagai sultan. Dia merupakan anak sulung Altamis yang menjadi Gubernur Badaun. Ternyata Ferruz sendiri ternya gagal memenuhi harapan dari bangsawan dan kepemimpinan kembali di berikan oleh sang ratu, yang terutama di lakukan oleh bangsawan Delhi.

Namun nasib malang menimpanya, dia di fitnah dengan tujuan telah mengadakan hubungan gelap dengan seorang budak belian bernama Ikhtiyaruddin Altuniya dari daerah  Sarhind segera mempunyai alasan untuk memulai menyingkirkan Ratu Raziya. Dalam menghadapi para pemberontak itu, Sulatana Raziya akhirnya menemui ajal, setelah memerintah selama masa yang pendek, yaitu hanya tiga setengah tahun. Kematian Sultana terjadi di saat pelarian ke hutan ubtuk menghindari kejaran pasukan-pasukan pemberontak pada tahun 1240. Sebelum nantinya Balban menerima tumpuk kekuasaan delhi, sudah ada dua nama yang menggantikan Sultana yaitu Mu`izuddin Bahram dan Nasiruddin Mahmud.

5. Syamsudin Balban, Sultan Terakhir Wangsa Budak (1246-1297)

Sebelum menduduki jabatan sultan, Balban telah sejak 1246 pelaksana kekuasaan raja boneka Bahram, yang menjadi Sultan hingga tahun 1266. Ternyata gubernur keturunan Turki tidak menyenangi pemerintahanya, sehingga dia mempunyai tugas berat dalam mengkonsolidasikan pemerintahanya. Dalam melakukan upaya tersebut, Balban melakukan kombinasi teknik diplomasi dengan perketatan dalam menjalankan pemerintahan, sampai dia berhasil menekan para Gubernurnya maupun keturunan para bangsawan dari Monggol.

Balban yang merupakan bekas dari budak pada waktu Altamis berkuasa, merasa was-was akan teman budaknya untuk merebut kekuasaan dari dirinya, dengan melaksanakan cara-cara poilsi rahasia, yang di beri kekuasaan untuk mengawasi gerak-gerik para pembantunya dalam usahanya untuk menerapkan ajaran kenegaraan klasik dari Kaultilyarthasastra karya pujangga Canakya dari Indi di masa kejayaan Budha. Tampaknya keberadaan kesultanan Delhi amat tergantung dengan kepemimpinan kuat seperti Balban, buktinya setelah Balban tewas pada 1297, kesultanan Delhi menunujukkan kemunduran , lebih-lebih karena adanya intrig istana yang tidak kunjung reda, Sultan Kaiqubad sebagai penggantinya gagal menjalankan pemerinyahan dan akhirnya hanya bertahan tidak lebih tiga tahun saja.

 
2.      Masa kekuasaan Wangsa Khalji (1297-1321 M)
 
a.      Jalalluddin Ferus: Cikal Bakal Wangsa Khalji
 
Jalaluddin Ferus Khalji mengangkat dirinya sebagai sultan pada 1290 untuk menentang keberadaan wangsa Budak. Jawaluddin Ferus sendiri bukan keturunan dari Turki, melainkan keturunan Afganistan yang menetap di India setelah invasi Wangsa Gazna dn Guri. Umur dia sekitar 70 tahunan ketika dia menduduki jabatan sultan sehingga hanya sempat memimpin kesultanan Delhi delama enam tahun. Oleh Karen para bangsawan Turki tidak mendukungnya Karena di bersal dari keturunan afganistan, maka dia memindahkan pusat pemerinyahan dari Delhi ke Kolokhri, meskipun tidak berapa lama berselang kekuasaanya di pindahkan kembali ke Delhi.
 
Sebagai sultan di tidak mempunyai peran yang besar dalam berlangsungnya kekuasaanya, terutama dalam melakukan proses peralihan antar wangsa yang berkuasa. Sultan tua ini banyak menggunakan waktunya untuk beribadah dari pada memikirkan pemerinyahan. Selanjutnya peranan nyata di jalankan oleh kemenakanya yang bernama Alauddin Khalji yang berhasil merebut tahta kesultanan pada 1296b dari pamanya tersebut. Dia merupakan pendiri wangsa khalji, dengan membunuh sultan Jawaluddin.
 
b.      Imperialisme Kesultanan Delhi di bawah Wangsa Khalji
 
Beberapa tahun setelah menduduki tahta kesultanan, Alauddin berhasil menyerang Dekkan di kawasan India tengah dan menjarah ibu negerinya yaitu Devagiri. Yang merupakan negeri kaum Yadu atau Yadara. Sejak saat itu wilayah tersebut berada di bawah control Islam. Kerajaan Hindu di India selatan masih tetap bebas dari pengaruh Islam, meskipun tidak mampu tampil sebagai penguasav besar yang mampu mempersatukan negeri di Asia selatan. Sebelum itu kerajaan Chola, misalnya tetap tampil dalam sejarah dan menguasai jalur perdagangan pantai timur, di bawah Rajendra I (1064-1044). Mereka bahkan perbah menanamkan pengaruh ke negeri-negeri Chalukya di barat, Maladewa selatan, bahkan di Sriwijaya.
 
Hal tersebut merupakan gejala baru, karena selama masa keturunan Turki yang berkuasa Kesultanan Delhi hanya memusatkan kekuasaan di India utara. Sedangkan ambisi dari Alauiddin Khalji sendiri adalah menyatukan seluruh wilayah India, Utara, Tengah, dan Selatan ke dalam control kekuaanya. Adapun langkah-langkah yang di lakukanya adalah dengan langkah Imperialis. Belasan ribu Muslim baru keturunan Monggol di musnahkan dalam satu hari, karena mereke melakukan komplotan untuk melawan sultan. Ambisinya itu di lanjutkan dengan niat menciptakan agama dan keyakinan baru untuk menggantikan islam sebagai keyakinan hidup. Memang akhirnya ambisi tersebut berhenti, namun ambisinya agar di kenal sebagai penakluk agung tetap di teruskan. Dia memimpikan untuk menguasai Parsi, Mesopotamia, Arab maupun Mesir seperti di lakukan Iskandar Agung dari Makidonia.
 
Serangan ke selatan di lakukan di bawah komando Malik Kafur, bekas budak yang di jadikan Jenderal pasukanya. Di duga hubungan anatar sultan dengan Malik Kafur di ikat dengan tali homoseksual di antara keduanya. Kekejaman Alauddin dalam melaksanakan ambisinya dibuktikan pula dengan melakukan pembunuhan di antara keluarga istana yang di anggap merintangi ambisinya. Namun senuah ironi telah kembali terjadi, yaitu di saat Alauddin sakit dan kekuasaan berada di tangan Malik kafur sebagai panglima perang ataupun Perdana menteri, sultan itu di gulingkan oleh Malik Kafur , segera menyusul putera-putera sultan yang tidak di sukai di bunuh dengan kejam atau di cukil matanya. Sebagai gantinya, dan mengangkat putera sultan yang masih kecil, Shihabuddin Umar, yang masih berusia enam tahun, menjadi sultan boneka dengan kekuasaan penuh tetap pada Kafur. Namun sebuah tragedi segera menyusul terjadi di mana Kafur tewas di tangan seorang pendukung bekas panutanya Alauddin.
 
Segera setelah itu para bangsawan mengangkat Mubarak, kaka Shihabuddin, menjadi wali sultan. Segera setelah pengangkatanya itu dia melakukan pengangkatan Khusro Khan sebagai perdana menteri. Sultan baru ini di kenal sombong, dan gemarb hidup bergemilangan harta. Kembali rangkaian perebutan kekuasaan dalam kesultanan Delhi berlanjut. Kushro Khan membunuh sultan, dan mengangkat dirinya sebagai penguasa tunggal. Dan untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang Hindu, dia menhamburkan uang. Tapi yang di harapkan tak kunjung dating, bahkan satu tahun kedepan, pada tahun 1320  nyawanya melayang oleh komplotan yang di pimpin sultan Malik, yang sedang menduduki kursi gubernur Bidalpur. Inilah awal dari munculnya Wangsa Tughluk sebagai penguasa baru dalam panggung sultan di Asia selatan.
 
c.       Tahta jatuh ke tangan Wangsa Tughluk (1321-1413)
 
Sebagai pendiri dari wangsa baru yang berkuasa di kesultanan Delhi, Gazi malik tergolong pribumi. Dia lahir dari hasil perkawinan seorang pendatang dari keturunan Turkipada masa Balban, dengan seorang wanita Hindu. Dengan cepat dia menduduki posisi-posisi penting dalam struktur kesultanan Delhi. Dan selama masa pemerintahanya yang pendek yaitu lima tahun, dia telah melakukan berbagai perbaikan di bidang administrasi dan keuangan Negara. Prestasi menonjol yang pernah di lakukan dalam masa pemerintahanya yaitu dengan berhasilnya mempertahankan Delhi dari serangan bangsa Monggol, yang nampaknya hamper selalu muncul setiap kali terjadi pergantian kepemimpinan di Delhi.
 
Pada tahun 1325 Giyasudin bersama puteranya terbunuh oleh sebuah komplotan politik yang hendak menyingkirkanya dari kepemimpinan di Delhi. Puteranya yang lain , Muhammad Tughluk adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian sultan tersebut. Karena dia sendiri yang membunuh ayahnya tersebut. Sejarah mencatat bahwa sultan baru ini mempunyai kepribadian yang controversial. Kelemahan lain dari Muhammad Tughluk adalah karena dia terlalu teoritis, gagasan-gagasanya banyak yang sulit di terapkan. Adapu kebijakan dai Muhammad Tughluk yang di anggap teoritis adalah yang pertama dia memindahkan Ibu kota sebagai pusat pemerintahan di Daulatabad, yaitu nama baru bagi Devagiri, bekas Ibu negeri kerajaan Hindu Dekkan. Kedua pemerintahan membuat logam baru dari tembaga, meniru yang di laksanakan di negeri Persia dan Cina. Namun karena tidak di sertai larangan untuk mencetak uang bagi masyarakat, jumlah uang tidak dapat di control lagi. Dalam pada itu, lemahnya kontrol atas daerah. Dan timbulnay ketidakpuasan di kalangan pejabat daerah, timbulnya usaha-usaha pemisahan diri. Pada tahun 1336 misalnya, Benggala dan Oudh melepaskan diri di susul kemudian berdirinya Vijayanagar sebagai kerajaan Hindu baru yang meliputi seluruh India selatan oleh V.N. Harihara I (1336-1357).
 
3.      Masa Keruntuhan Kerajaan Delhi
 
Pada tahun 1306, sebelum serbuan besar-besaran bangsa monggol di bawah Timurlenk, Feruz meninggal dunia. Dasawarsa berikutnya merupakan berul-betul merupakan masa-masa disintegrasi bagi kesultanan Delhi, yang telah mampu menyatukan wilayah India dalam satu kontrol di bawah penguasa-penguasa Islam. Segera terjadi intrig-imtrig istana dalam upaya memperebutkan posisi sebagai penguasa tunggal di kesultanan yang hamper runtuh itu. Mereka hamper selalu menjadi penguasa boneka para bangsawan Delhi. Sebagai sultan boneka terkhir adalah sultan Mahmud, yang di nobatkan oleh Mallu Iqbal pada 1401.
 
Dalam kedudukan sebagai sultan yang lemah dia tidak mampu mepertahankan keberadaan kekuasaan Delhi. Ketika akhirnya pada 1413 dia wafat, dan di gantikan oleh calon yang di jagokan oleh para bangsawan Delhi, Daulat Khan Lodi. Sejak itu kekuasaan berganti ke tangan wangsa yang baru, meskipun tidak berlangsung lama. Beberapa bulan kemudian pada 1414, dia di gulingkan oleh Khirz Khan, gubernur Multan yang mendapat dukungan dari Timurlenk. Tokoh ini di yakini mempunyai turunan darah Nabi, yang di juluki Sayid. Sehingga bermulalah kekuasaan Wangsa Sayid di India. Untuk selanjutnya kedua wangsa tersebut sa;ling berebut kekuasaan dan tidak dapat mempertahankan kedudukan sebagai pemersatu wilayah India. Karena hanya berkuasa atas daerah-daerah kecil.
 
Peristiwa separatisme berurutan terjadi dalam kesultanan Delhi yang menandai masa disintegrasi kesultanan tersebut. Kita catat misalnya, Punjab melepaskan diri dari kekuasaan pusat di Delhi hal ini tentu saja sangat beralasan sebab Punjab adalah daerah utama kekuasaan Delhi. Seterusnya kekuasaan-kekuasaan kecil lainpun memisahkan diri dari kekuasaan pusat. Yaitu Benggala yang memang telah lama longgar, jainpur di India sebelah Utara, yang mula-mula di dirikan oleh Teruz Tughluk, Malwa yang telah dianeksasi oleh Alauddin Khalji, serta Kasymir yang dulu di rebut oleh syah Mirza dari kekuasaan Hindu pada 1315. Kesultanan Bahmani di Dekkan yang di kenal paling kuat di kawasan selatan mengalami perpecahan yang amat meyakinkan, karena terpecah menjadi lima kesultanan kecil yang otonom, yaitu Ahmadnager, Bihar, Bidar, Bijapur dan Golkunda. Sempurnalah sudah proses disntegrasi Kesultanan Delhi. Penguasa-penguasa Wangsa Sayid maupun Lodi tidak mampu kembali mempersatukan kembali wilayah yang terutama di sebabkan lemahnya kekuatan muiliter.

 

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments :

Post a Comment

Item Reviewed: Kesultanan Delhi (1206-1526) Rating: 5 Reviewed By: Unknown